Pabila kutatap penglihatan batinku nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya, Dan pabila kusentuh hujung jemariku terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya, bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan. Air mataku menandai sendu Bagai titik-titik embun syahdu Yang membongkarkan rahasia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan, Dan dikumandangkan oleh kesunyian, Dan disingkiri oleh kebisingan, Dan dilipat oleh kebenaran, Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan, Dan dipahami oleh cinta, Dan disembunyikan oleh kesadaran siang Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang, gerangan 'Cain' atau 'Esau' manakah yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati: suara manakah yang dapat menangkapnya? Kidung itu tersembunyi bagai rahasia perawan suci, getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam? Siapa yang berani membandingkan deru alam, dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi dan lantang menuturkan bisikan sanubari Yang hanya terungkap oleh hati? insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
|